KATA PENGANTAR
Dengan
menyampaikan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “REAKSI FISIKA DAN KIMIA DI DALAM TANAH”.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk
itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, tim
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan
rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
Teluk Kuantan, 20 juli 2012
Penulis
Daftar isi
Kata
Pengantar……………………………………………………………………………………i
Daftar
Isi…………………………………………………………………………………………ii
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………………1
Bab
II ISI
A.
Reaksi Fisika Dalam
Tanah……………………………………………………………...2
1.2 Klasifikasi Batuan…………………………………………………………………....5
1.3 Macam-Macam Mineral Dan
Batuan………………………………………………..6
1.4 Golongan Tanah……………………………………………………………………..6
B. Reaksi Kimia Dalam Tanah………………………………………………………………8
1.5 Reaksi Tanah
(pH)…………………………………………………………………..8
1.6 Sifat Penyangga
Tanah……………………………………………………………..10
1.7 Pengaruh pH Terhadap
Tanah……………………………………………………...11
Bab I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Konsentrasi
nitrat di dalam tanah, khususnya di
dalam air tanah dan air permukaan,
selama beberapa tahun ini semakin bertambah di seluruh dunia. Senyawa ini
menyebabkan eutrofikasi laut dan sungai. Konsentrasi nitrat pada air minum sangat
berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia karena dapat menimbulkan
methemoglobinemia atau sindrom bayi biru yaitu penyakit yang menyerang darah
anak-anak karena kapasitas pembawa oksigen pada darah diinterferensi oleh
nitrat (EPA, 1995).
Beberapa
penelitian juga melaporkan bahwa senyawa N-nitroso berpotensi karsinogenik,
yang dihasilkan reaksi nitrat dengan amina atau amida (Canter, 1997). Kadar
nitrat yang tinggi dalam air minum juga menyebabkan kerusakan sistem reproduksi
dalam hewan. Standar konsentrasi maksimal nitrat dan nitrit dalam air minum
yang dikeluarkan Uni Eropa yaitu nitrat 50 mg/L dan nitrit adalah 0,1 mg/L
(Europe Union, 1998).
Sedangkan
standar yang dikeluarkan oleh United States Environmental Protection Agency
adalah 10 mg/L untuk NO3 -N dan 1 mg/L untuk NO2-N (EPA, 1995). Sumber nitrat dalam air tanah dapat dibagi
menjadi empat kategori: (i) sumber natural/alam, (ii) material limbah, (iii)
hasil pertanian, (iv) pertanian yang menggunakan sistem irigasi (Garron dkk,
2005).
Nitrat
termasuk salah satu golongan nitrogen oksida (NOx). NOx yang banyak dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil
merupakan sumber utama pencemaran udara. NOx sebagian besar dihasilkan dari
transportasi (Fritz dan Pitchon, 1997). Ketika
gas terlepas ke
udara, nitrogen monoksida (NO) yang dihasilkan dari pembakaran akan
teroksidasi menjadi nitrogen dioksida (NO2).
Sedangkan
reaksi kimia pada umumnya juga akan menghasilkan produk sampingan yang sering
menjadi limbah, dimana
limbah ini akan
menjadi suatu masalah
baru karena akan mencemari lingkungan
sekitarnya. Nitrogen 2oksida menyumbang banyak terhadap asap fotokimia,
hujan asam, pelubangan ozon, dan menimbulkan efek rumah kaca. Nitrat adalah
senyawa yang stabil dan merupakan ion yang mempunyai kelarutan sangat tinggi
dengan potensial rendah.
Bab
II
ISI
A.
REAKSI FISIKA DALAM TANAH
Fisika
tanah adalah cabang dari ilmu tanah yang
membahas sifat-sifat fisik tanah, pengukuran dan prediksi serta kontrol
(pengaturan) proses fisika yang
terjadi dalam tanah. Karena pengertian fisika meliputi materi dan energi, maka fisika tanah membahas pula status dan
pergerakan material serta aliran dan transformasi energi dalam tanah.
Tujuan
Fisika tanah dapat dilihat dari 2 sisi:
§ Dalam
satu sisi, tujuan kajian fisika tanah adalah untuk memberikan pemahaman dasar tentang
mekanisme pengaturan perilaku (fisika dan kimiawi) tanah, serta perannya dalam
biosfer, termasuk proses saling hubungan dalam pertukaran energi di dalam
tanah, serta siklus air dan material yang dapat diangkutnya.
§ Pada
sisi lainnya, pemahaman fisika tanah dapat digunakan sebagai asas untuk
manajemen sumberdaya tanah dan air, termasuk kegiatan irigasi, drainasi,
konservasi tanah dan air, pengolahan tanah dan konstruksi.
Oleh
karena itu fisika tanah dapat dipandang sebagai ilmu dasar sekaligus terapan
dengan melibatkan berbagai cabang ilmu yang lain termasuk ilmu tanah,
hidrologi, klimatolologi, ekologi, geologi, sedimentologi, botani dan agronomi.
Fisika
tanah juga erat kaitannya dengan mekanika tanah, dinamika tanah dan teknik
sipil.
Area
penelitian fisika tanah dapat mencakup:
§ Pengukuran
dan kuantifikasi sifat fisik tanah di lapangan
§ Transportasi
materi dan energi (berupa air, udara, panas) di dalam tanah
§ Manajemen
air untuk irigasi
Tanah
merupakan campuran bahan padat (organik dan anorganik), dan udara. Ketiga
fase ini saling mempengaruhi satu sama lain.Misalnya reaksi-reaksi bahan padat
berpengaruh terhadap kualitas udara dan air, berpengaruh terhadap pelapukan
bahan, reaksi-reaksi dari jasad renik, dan sebagainya.
Tanah
sebagai salah satu faktor produksi pertanian terpenting harus dikelola dengan
tepat dan benar agar tidak mengalami kerusakan.Kerusakan pada tanah terutama
disebabkan oleh erosi. Erosi mengakibatkan hilangnya unsur hara yang
dibutuhkan tanaman dan bahan organik, memburuknya sifat-sifat fisik tanah yang
pada akhirnya mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman dan rendahnya
produksi, karena telah menurunkan produktivitas.
Bahan
organik yang ditambahkan ke dalam tanah tidak hanya menyediakan unsur hara bagi
tanaman, tetapi juga dapat memperbaharui sifat fisik tanah. Bahan organik
berperan sangat penting di dalam menciptakan struktur tanah yang ideal untuk
pertumbuhan tanaman, meningkatkan kemampuan tanah menahan air, meningkatkan
kapasitas infiltrasi, dan stabilitas agregat tanah dan pada akhirnya akan
menurunkan aliran permukaan dan erosi.
Media
tanam dapat didefinisikan sebagai kumpulan bahan atau substrat tempat tumbuh
benih yang disebarkan atau ditanam. Mengingat proses perkecambahan benih
tanaman merupakan titik awal yang sangat menentukan bagi keberhasilan suatu
pembibitan, maka perlu diperhatikan masalah pemilihan dan formulasi media
semainya. Media yang baik untuk perakaran tanaman harus mudah untuk
dilalui oleh air, menyediakan unsur hara yang dibutuhkan sejumlah tanaman, dan
dapat mempertahankan kelembaban.
Selain
itu media perakaran yang berfungsi memegang tanaman di tempatnya selama
pertumbuhan akar, harus cukup sarang, agar aliran udara baik, memiliki daya
menahan air tinggi, mudah dilalui oleh air, bebas hama dan penyakit, serta
tidak mengandung zat yang meracuni tanaman.
Media
tanam campuran dengan bahan utama tanah yang baik adalah media tanam yang cukup
kandungan unsur haranya. Selain itu teksturnya gembur atau tidak terlalu
keras.Media seperti ini dapat dibuat dengan bermacam-macam bahan.
Komposisi
media biasanya terdiri atas bahan-bahan sebagai berikut:
1.
top
soil, berupa tanah lapisan atas yang banyak mengandung humus baik dari
peruraian bahan organik tanaman maupun hewan,
2.
pasir halus, yakni pasir yang telah diayak
terlebih dahulu sehingga tidak lagi mengandung kerikil atau koral,
3.
pupuk kandang, dapat berupa kotoran kambing,
ayam, sapi, domba, maupun kotoran burung yang sudah diproses
4.
kompos atau pupuk hijau berasal dari pembusukan
daun dan bagian tanaman yang lain, yang terbaik berasal dari tanaman
kacang-kacangan atau polong-polongan
5.
kapur pertanian dapat berupa dolomit atau
kapur lainnya. Sebagai catatan kapur hanya ditambahkan bila campuran media
terlalu asam.
Pertumbuhan
tanaman tidak hanya tergantung pada persediaan unsur hara yang cukup dan
seimbang tetapi juga harus ditunjang oleh kondisi fisik tanah yang
baik. Sifat fisik tanah berpengaruh langsung terhadap mintakat perakaran,
air dan udara tanah, yang kemudian mempengaruhi aspek-aspek biologi dan kimia
tanah. Pentingnya sifat fisik tanah dalam menunjang pertumbuhan tanaman
sering tidak disadari karena kesuburan tanah dititikberatkan pada segi
kesuburan kimianya.
Disamping
memberikan dukungan secara fisik pada tanaman, tanah merupakan sumber mineral
dan air untuk tanaman. Kondisi tanah dan mineral dapat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Lingkungan atmosfer harus tersedia pada kedalaman
yang cukup dalam tanah sehingga akar tanaman dapat memperoleh oksigen yang
dibutuhkan untuk respirasi secara langsung dari udara.
1.2 Klasifikasi
Batuan
Litosfer
atau kerak bumi tersusun atas berbagai jenis batuan, baik batuan beku, sedimen
maupun
metamorfosa.secara
rinci jenis batuan dan karakteristiknya dapat diuraikan sebagai berikut :
A. Batuan Beku
Batuan beku
(igneous rock, ignis = api) adalh batuan yang berasal dari makma yang membeku. Batuan ini
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1. Batuan Beku Dalam / Batuan Plutonis / Batuan Intrusi Ciri utama
dari
batuan beku dalam adalah
berstruktur holo kristalin (semua mengkristal0 atau gratis. Semua bahan terdiri
dari
Kristal-kristal. Pada waktu
terjadi pembekuan, turunnya suhuberjalan sangat lambat, maka terjadilah.
2. pengkristalan yang
sempurna. Ukuran kristalnya besar-besar dan kasar.
Contoh : batuan beku dalam adalah :
•Granit, yang terdiri atas kwarsa dan mengandung
sejumlah besar
feldspar (orthoklas).
Granit terdiri dari :
bermacam-macam mineral yang
berbeda-beda warnanya. Oleh karena itu warna dari granit sulit diketahui.
Warna granit yang banyak
dijumpai adalah : merah, kelabu, putih, dan hijau. • Dlorit : termasuk asam
(felsik).
3. Batuan asam
adalah batuan yang kaya akan
kwarsa (SiO2). Bataun ini terdiri dari
plogioklas,
homoblenda
(mineral
gelap) dan lebih sedikit mengandung silisum dan kalsium dari pada
granit.
• Gabro : batuan ini termasuk
basa
(mafik). Artinya miskin asam kersil (kwarsa). Mineral pembentuknya
terutama
terdiri dari pyroksin dan homoblenda.
1.3 Macam-Macam
Mineral & Batuan
Batuan
adalah semua bahan penyusun kerak bumi dan biasanya berupa agregat
mineral-mineral yang telah mengeras, (Kosmono).
Batuan
menurut genesanya (asal batuan) dibagi menjadi batuan beku,metamorf/malihan,
sedimen, dan piroklastis.
Batuan
beku berasal dari lava atau lahar, batuan piroklastis berasal dari material
erupsi eksplosif volkan selain lava atau lahar, batuan sedimen berasal dari
materi-materi batuan yang diendapkan pada suatu tempat, batuan metamorf atau
malihan berasal dari perubahan batuan beku,
sedimen maupun piroklastis. Mineral utama
selalu terdapat dalam batuan beku terbentuk dari kristalisasi magma, merupakan
mineral yang dominan dan menentukan nama batuan, misalnya kuarsa (SiO2), K2O,
Na,SiO2. 7 mineral utama pembentuk batuan 1. Kuarsa, 2. Feldspar, 3.
Feldspatoid (feldspathoid), 4. Piroksen(pyroxene), 5. Horenblende (hornblende),
6.Biotit, dan 7. Olivin. Ke-7 mineral tsb dijumpai dalam jumlah yang banyak,
dan disebut mineral-mineral penting (essen-tial minerals).
sedangkan
mineral lain yang jumlah-nya sedikit, disebut mineral tambahan/pelengkap
(accessory minerals), seperti : magnetit, ilmenit, apatit, kalsit,
danlain-lain.
Mineral diidentifikasi melalui beberapa cara, yaitu dengan mempelajari sifat
fisik, sifat kimia, dan sifat optiknya. Aspek sifat fisik yang dipelajari
adalah : sifat optik (pemantulan dan pembiasan, kilap, warna dan goresan, dan
luminesensi), kekerasan, belahan dan pecahan, Berat Jenis, sifat magnet, sifat
listrik, sifat permukaan, dan radioaktivitas.
1.4 Golongan
Tanah
Tanah
terbagi-bagi menjadi bermacam-macam pembagian:
1.
Golongan (order)
2.
Kumpulan (suborder)
3.
Jenis (great grup)
4.
Macam (sub group)
5.
Rupa (family)
6.
Seri (seri)
Golongan
tanah dibagi menjadi beberapa bagian: Entisol berasal dari kata enty (baru) dan
soil (tanah) yaitu tanah muda yang masih banyak terdapat regolitnya. Alfisol berasal
dari kata Alumunium (Al) Ferum (Fe), tanah yang mengandung alumunium dan besi,
perkembanganya
lebih
lanjut daripada inceptisol, biasanya terdapat pada tempat yang curah hujanya
tinggi. Inceptisol berasal dari kata inceptium (permulaan) dan soil (tanah)
adalah tanah yang dapat memiliki epipedon okhrik dan horisonalbik tanah ini
masih muda, masih dalam tahap awal perkembangan.
Ultisol
berasal dari kata ultimus (akhir) dan soil(tanah) memiliki kemasaman kurang
dari 5,5 sesuai dengan sifat kimia, komponen kimia tanah yang berperan terbesar
dalam menentukan sifat dan ciri tanah umumnya pada kesuburan tanah tanah ini merupakan
tanah tua yang memiliki warna terang.
Oxisol
berasal dari kata oxid (oksida) dan soil (tanah) merupakan tanah yang lebih tua
dari ultisol, - Warna tanahnya merah hingga kuning, sehingga sering disebut
tanah
merah. - Tanah latosol yang mempunyai sifat cepat mengeras bila tersing kap
atau berada di udara terbuka disebut tanah laterit. - kejenuhan basa kurang
dari 50 %, umumnya mempunyai epipedon kambrik dan horison kambik. - mengalami
pencucian dan pelapukan lanjut, berbatas horizon baur,
B.
Reaksi kimia dalam tanah.
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh sifat-sifat kesuburan
tanahnya yakni kesuburan fisik, kesuburan kimia dan kesuburan biologis. Kalau
kesuburan fisik lebih mengutamakan pada kondisi fisik tanah yang banyak
kaitannya drengan penyediaan air dan udara tanah, maka kesuburan kimia berperan
dalam menentukan dan menjelaskan reaksi-reaksi kimia yang menyangkut dalam
masalah-masalah ketersediaan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. Untuk
mencapai rnaksud tersebut, maka pembahasan mengenai sifat kimia tanah ini kita
batasi pada.hal-hal yang terkait erat dengan masalah-masalah antara lain:
Reaksi tanah (pH), koloid tanah, pertukaran kation, dan kejenuhan basa.
1.5 Reaksi Tanah (pH)
Tersedianya unsur hara bagi tanaman, meningkatnya aktifitas mikro
organisme dan reaksi-reaksi kimia lainnya di dalam tanah sangat dipengaruhi
oleh reaksi tanah, yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman.
Yang dimaksud dengan reaksi tanah adalah: Sifat keasaman dan
kebasaan dari tanah, sehingga kita kenal ada tiga reaksi tanah yaitu: asam,
netral dan basa. Secara defenisi dapat dikatakan bahwa pH tanah adalah
aktifitas konsentrasi ion hidrogen (H) dalam suatu larutan tanah yang
dinyatakan dengan rumus:
pH = log
Misalnya pada tanah yang
bereaksi netral maka:
pH = log
Suatu larutan yang bersifat asam memiliki konsentrasi ion H + lebih
besar dari konsentrasi ion sedangkan suatu larutan basa, jika konsentrasi
ion H + lebih kecil dari konsentrasi ion , dan jika
konsentrasi ion H + sama dengan ion maka sutau
larutan disebut netral, atau pH nya = 7.
Nilai pH berkisar antara 0 - 14, sedangkan untuk tanah pertanian
pH ini berkisar antara 4 - 9. Tanah-tanah di Indonesia pada umumnya
berekasi masam dengan pH 4.0 - 5. sehingga tanah-tanah yang ber pH
6.0 - 6.5 sudah dapat dikatakan cukup netral meskipun masih agak masam. Di
daerah rawa-rawa seperti di tanah gambut pH tanahnya lebih rendah lagi yakni
sekitar 3.5 - 4.0 dan ada juga yang ber pH lebih kecil dari 3.0 seperti tanah
sulfat masam.Reaksi tanah pH yang tinggi ditemukan pada tanah-tanah daerah
iklim kering atau pada tanah -tanah bergaram, dapat mencapai pH 8.5 - 9.0.
Sumber Ion H
Pada bagian terdahulu telah dijelaskan bahwa kemasaman tanah itu
disebabkan oleh aktifitas ion hidrogen. Untuk itu kita harus mengetahui
dari mana sumber ion hidrogen tersebut.
1. Ionisasi
asam-asam organis. Pada penguraian
bahan organis dihasilkan asam-asam organis
seperti asam
karbonat. Asam karbonat dapat melepaskan ion H + dengan
cara seperti berikut:
H 2 ZCO 3 <=============>
HC0 3 - + H +
2. Ion AI yang
terjerap : Jika pH tanah masam sekali, maka Al akan sangat larut yang
dijumpaidalam bentuk ion Al dan hidroksida Al. Kedua ion Al trsebut
lebih mudah terjerap pada koloid liat dari ion H + . Aluminum
yang terjerap ini berada dalam kondisi seimbang dengan Al dalam larutan
tanah. Oleh twena itu Al berada dalam larutan mudah terhidrolisis, maka Al
menapakan ptrnyebab kemasaman atau penyumbang ion H + . Kejadian
itu dapat dilukiskan dengan reaksi sebagai berikut:
(Misel) Al + +
+ ------------> Al 3 +
Ion Al terjerap pada
misel Ion Al dalam larutan tanah
Selanjutnya ian Al yang
berada di dalam larutan tanah dihidrolisis sebagai berikut:
Al 3 + + H 2 O
----------------->
Hidrolisis diatas
menghasilkan ian H dan mungkin merupakan sumber utama ion H dalam sebagian
besar tanah sangat masam.
3. Koloid liat dan koloid Humus: Koloid liat dan humus di dalam tanah
merupakan penyumbang ion H dalam larutan tanah pada tanah yang berkemasan
sedang. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa ion Ca yang sedikit tidak
cukup untuk menetralkan kemasan. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Misel H + +
Ca -------------> (Misel) Ca 2 + + 2H +
H +
Sumber ion OH
Jika misalnya komplek
adsorpsi (adsorpsi) yang semulanya di tempati oleh ion H dan Al digantikan oleh
kation-kation seperti kation Ca, K dan Mg, maka konsentrasi ion H pada
komplek adsorpsi tanah akan berkurang, akibatnya konsentrasi ion OH
naik. Peristiwa ini dapat dilihat dari reaksi berikut:
H +
Misel Ca 2
+ + 2 H 2 O <=========> (Misel)
H + + 2 Ca 2 + + 2
OH +
Ca 2 + H +
H +
Dari reaksi diatas
ternyata kation-kation basa mempengaruhi konsentrasi ion OH. Hidrolisis
dari misel yang dijenuhi oleh basa-basa menghasilkan ion OH.
1.6 Sifat Penyangga
Tanah
Reaksi tanah (pH) tidak mudah diturunkan atau dinaikkan secara
mendadak, karena di dalam tanah ada sifat penyangga pH. Komponen tanah
yang memiliki sifat menyangga ini berdampak gugus asam iemah seperti karbonat
dan komplek koloidai tanah yakni koloid Iiat dan koloid humus. Koloid
tanah dikelilingi oleh ion-ion H yang terjerap pada permukaan dan di pihak lain
ada ion-ion H yang tidak dipengaruhi oleh komplek adsorpsi tanah, yakni ion H
yang herada pada larutan tanah. Ion H yang terjerap dan yang berada di
dalam larutan tanah berada dalam keseimbangan.
Mekanisme sanggaan dapat dijelaskan berdasarkan sifat dissosiasi
ion H dari asam koloidal lemah. Reaksinya sebagai berikut dan Gambar 5.1.
Ion
H yang terjerap <==========> Ion H dalam larutan tanah
(Kemasaman saran) (Kemasaman aktif)
Asam iemah ini memiliki tingkat disosiasi yang iemah dan sebagian
besar dari ion H masih tetap terjerap pada permukaan koloid. Bila suatu
tanah masam ingin dinaikkan pH nya, maka dilakukan pengapuran, dan akibatnya
reaksi akan beralih ke kanan dimana ion-ion Ca dari kapur lebih banyak
terjerap, tapi ternyata pH tidak banyak berubah. Hal ini terjadi karena
ion-ion H masih banyak terjerap pada koloid tanah. Dengan penambahan kapur
yang Iebih banyak lagi sampai cukup untuk mebebaskan semua ion H dari kompIek
adsorpsi tanah dan digantikan oleh ion Ca, maka akan terjadilah peningkatan pH
tanah yang lebih nyata. Ini berarti kemasaman cadangan telah dinetralkan.
Dengan adanya sifat penyangga di dalam tanah, hai ini dapat
menjaga penurunan pH yang drastis akibat bertambahnya ion H oleh suatu poroses
biologis atau perlakuan pemupukan.Adanya aktifitas jasad jasad hidup di dalam
tanah atau perlakuan pemupukan yang bersifat asam akan menyumbangkan banyak ion
H, sehingga reaksi beralih ke kiri, namun demikian penurunan pH ini tidak
nyata. Hai ini juga disebabkan oleh adanya sifat sanggaan tanah
tadi. Dari uraian diatas jelaslah bahwa sifat sanggahan tanah sangat penting
artinya dalam menjaga stabilitas reaksi tanah, sehingga gejolak pH yang hebat
tidak terjadi yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
1.7 Pengaruh
pH terhadap tanah
Reaksi tanah (pH) memiliki
peranan yang penting terhadap ketersediaan unsur-unsur hara, baik hara makro
maupun hara mikro. Meningkatnya kelarutan ionion Al, dan Fe dan juga
meningkatnya aktifitas jasad-jasad renik tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi
pH tanah
pH dan ketersediaan
unsur-unsur hara
Reaksi tanah berpengaruh terhadap ketersediaan
unsur-unsur hara di dalam tanah. Pada umumnya unsur hara makro akan lebih
tersedia pada pH agak masam sampai netral, sedangkan unsur hara mikro
kebalikannya yakni lebih tersedia pada pH yang lebih rendah.
Tersedianya unsur hara makro, seperrti nitrogen,
fosfor, kalium dan magnesium pada pH 6.5. Unsur hara fofor pada pH lebih
besar dari 8.0 tidak tersedia karena diikat oleh ion Ca.Sebaliknya jika pH
turun menjadi lebih kecil dari 5.0, maka fisfat kembali menjadi tidak
tersedia. Hal ini dapat menjadi karena dalam kondisi pH masam, unsur-unsur
seperti Al, Fe, dan Mn menjadi sangat larut. Fosfat yang kembali tersedia
akan diikat oleh logam-logam tadi sehingga, tidak larut dan tidak tersedia
untuk tanaman. Beberapa tanaman tertentu dapat kekurangan unsur hara mikro
seperti Fe dan Mn. Untuk memperoleh ketersediaan hara yang optimal untuk
pertumbuhan tanaman dan kegiatan biologis di dalam tanah, maka pH tanah harus
dipertahankan pada pH sekitar 6.0 - 7.0.
1.5 Reaksi Tanah (pH)…………………………………………………………………..8
1.6 Sifat Penyangga Tanah……………………………………………………………..10
1.7 Pengaruh pH Terhadap Tanah……………………………………………………...11
sejumlah besar feldspar (orthoklas).
adalah batuan yang kaya akan kwarsa (SiO2). Bataun ini terdiri dari
plogioklas, homoblenda
(mineral gelap) dan lebih sedikit mengandung silisum dan kalsium dari pada
granit. • Gabro : batuan ini termasuk
basa (mafik). Artinya miskin asam kersil (kwarsa). Mineral pembentuknya
terutama terdiri dari pyroksin dan homoblenda.
Batuan beku berasal dari lava atau lahar, batuan piroklastis berasal dari material erupsi eksplosif volkan selain lava atau lahar, batuan sedimen berasal dari materi-materi batuan yang diendapkan pada suatu tempat, batuan metamorf atau malihan berasal dari perubahan batuan beku,
sedangkan mineral lain yang jumlah-nya sedikit, disebut mineral tambahan/pelengkap (accessory minerals), seperti : magnetit, ilmenit, apatit, kalsit, danlain-lain.
Mineral diidentifikasi melalui beberapa cara, yaitu dengan mempelajari sifat fisik, sifat kimia, dan sifat optiknya. Aspek sifat fisik yang dipelajari adalah : sifat optik (pemantulan dan pembiasan, kilap, warna dan goresan, dan luminesensi), kekerasan, belahan dan pecahan, Berat Jenis, sifat magnet, sifat listrik, sifat permukaan, dan radioaktivitas.