Senin, 23 Juli 2012

makalah reaksi fisika dan kimia


KATA PENGANTAR

          Dengan menyampaikan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “REAKSI FISIKA DAN KIMIA DI DALAM TANAH”.
            Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
            Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, tim penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
            Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.



Teluk Kuantan, 20 juli 2012

    Penulis



Daftar isi

Kata Pengantar……………………………………………………………………………………i
Daftar Isi…………………………………………………………………………………………ii
Bab 1 Pendahuluan
1.1  Latar Belakang………………………………………………………………………………1
Bab II ISI
A.    Reaksi Fisika Dalam Tanah……………………………………………………………...2
1.2 Klasifikasi Batuan…………………………………………………………………....5
1.3 Macam-Macam Mineral Dan Batuan………………………………………………..6
1.4 Golongan Tanah……………………………………………………………………..6
      B. Reaksi Kimia Dalam Tanah………………………………………………………………8
             1.5 Reaksi Tanah (pH)…………………………………………………………………..8
             1.6 Sifat Penyangga Tanah……………………………………………………………..10
             1.7 Pengaruh pH Terhadap Tanah……………………………………………………...11












Bab I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Konsentrasi nitrat di dalam tanah,  khususnya di dalam air tanah dan air  permukaan, selama beberapa tahun ini semakin bertambah di seluruh dunia. Senyawa ini menyebabkan eutrofikasi laut dan sungai. Konsentrasi nitrat pada air minum sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia karena dapat menimbulkan methemoglobinemia atau sindrom bayi biru yaitu penyakit yang menyerang darah anak-anak karena kapasitas pembawa oksigen pada darah diinterferensi oleh nitrat (EPA, 1995). 
            Beberapa penelitian juga melaporkan bahwa senyawa N-nitroso berpotensi karsinogenik, yang dihasilkan reaksi nitrat dengan amina atau amida (Canter, 1997). Kadar nitrat yang tinggi dalam air minum juga menyebabkan kerusakan sistem reproduksi dalam hewan. Standar konsentrasi maksimal nitrat dan nitrit dalam air minum yang dikeluarkan Uni Eropa yaitu nitrat 50 mg/L dan nitrit adalah 0,1 mg/L (Europe Union, 1998).
            Sedangkan standar yang dikeluarkan oleh United States Environmental Protection Agency adalah 10 mg/L untuk NO3 -N dan 1 mg/L untuk NO2-N (EPA, 1995).  Sumber nitrat dalam air tanah dapat dibagi menjadi empat kategori: (i) sumber natural/alam, (ii) material limbah, (iii) hasil pertanian, (iv) pertanian yang menggunakan sistem irigasi (Garron dkk, 2005). 
            Nitrat termasuk salah satu golongan nitrogen oksida (NOx). NOx yang banyak  dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil merupakan sumber utama pencemaran udara. NOx sebagian besar dihasilkan dari transportasi (Fritz dan Pitchon, 1997). Ketika  gas  terlepas  ke  udara, nitrogen monoksida (NO) yang dihasilkan dari pembakaran akan teroksidasi menjadi nitrogen dioksida (NO2).
            Sedangkan reaksi  kimia pada umumnya juga akan  menghasilkan produk sampingan yang sering menjadi  limbah,   dimana  limbah  ini  akan  menjadi  suatu  masalah  baru  karena  akan mencemari  lingkungan  sekitarnya. Nitrogen 2oksida menyumbang banyak terhadap asap fotokimia, hujan asam, pelubangan ozon, dan menimbulkan efek rumah kaca. Nitrat adalah senyawa yang stabil dan merupakan ion yang mempunyai kelarutan sangat tinggi dengan potensial rendah.
Bab II 
ISI

A.    REAKSI FISIKA DALAM TANAH

            Fisika tanah adalah cabang dari ilmu tanah yang membahas sifat-sifat fisik tanah, pengukuran dan prediksi serta kontrol (pengaturan) proses fisika yang terjadi dalam tanah. Karena pengertian fisika meliputi materi dan energi, maka fisika tanah membahas pula status dan pergerakan material serta aliran dan transformasi energi dalam tanah.
Tujuan Fisika tanah dapat dilihat dari 2 sisi:
§  Dalam satu sisi, tujuan kajian fisika tanah adalah untuk memberikan pemahaman dasar tentang mekanisme pengaturan perilaku (fisika dan kimiawi) tanah, serta perannya dalam biosfer, termasuk proses saling hubungan dalam pertukaran energi di dalam tanah, serta siklus air dan material yang dapat diangkutnya.
§  Pada sisi lainnya, pemahaman fisika tanah dapat digunakan sebagai asas untuk manajemen sumberdaya tanah dan air, termasuk kegiatan irigasi, drainasi, konservasi tanah dan air, pengolahan tanah dan konstruksi.
Oleh karena itu fisika tanah dapat dipandang sebagai ilmu dasar sekaligus terapan dengan melibatkan berbagai cabang ilmu yang lain termasuk ilmu tanah, hidrologi, klimatolologi, ekologi, geologi, sedimentologi, botani dan agronomi.
Fisika tanah juga erat kaitannya dengan mekanika tanah, dinamika tanah dan teknik sipil.
Area penelitian fisika tanah dapat mencakup:
§  Pengukuran dan kuantifikasi sifat fisik tanah di lapangan
§  Transportasi materi dan energi (berupa air, udara, panas) di dalam tanah
§  Manajemen air untuk irigasi


            Tanah merupakan campuran bahan padat (organik dan anorganik), dan udara. Ketiga fase ini saling mempengaruhi satu sama lain.Misalnya reaksi-reaksi bahan padat berpengaruh terhadap kualitas udara dan air, berpengaruh terhadap pelapukan bahan, reaksi-reaksi dari jasad renik, dan sebagainya.
            Tanah sebagai salah satu faktor produksi pertanian terpenting harus dikelola dengan tepat dan benar agar tidak mengalami kerusakan.Kerusakan pada tanah terutama disebabkan oleh erosi. Erosi mengakibatkan hilangnya unsur hara yang dibutuhkan tanaman dan bahan organik, memburuknya sifat-sifat fisik tanah yang pada akhirnya mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman dan rendahnya produksi, karena telah menurunkan produktivitas.
            Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah tidak hanya menyediakan unsur hara bagi tanaman, tetapi juga dapat memperbaharui sifat fisik tanah. Bahan organik berperan sangat penting di dalam menciptakan struktur tanah yang ideal untuk pertumbuhan tanaman, meningkatkan kemampuan tanah menahan air, meningkatkan kapasitas infiltrasi, dan stabilitas agregat tanah dan pada akhirnya akan menurunkan aliran permukaan dan erosi.
Media tanam dapat didefinisikan sebagai kumpulan bahan atau substrat tempat tumbuh benih yang disebarkan atau ditanam. Mengingat proses perkecambahan benih tanaman merupakan titik awal yang sangat menentukan bagi keberhasilan suatu pembibitan, maka perlu diperhatikan masalah pemilihan dan formulasi media semainya. Media yang baik untuk perakaran tanaman harus mudah untuk dilalui oleh air, menyediakan unsur hara yang dibutuhkan sejumlah tanaman, dan dapat mempertahankan kelembaban.
Selain itu media perakaran yang berfungsi memegang tanaman di tempatnya selama pertumbuhan akar, harus cukup sarang, agar aliran udara baik, memiliki daya menahan air tinggi, mudah dilalui oleh air, bebas hama dan penyakit, serta tidak mengandung zat yang meracuni tanaman.
Media tanam campuran dengan bahan utama tanah yang baik adalah media tanam yang cukup kandungan unsur haranya. Selain itu teksturnya gembur atau tidak terlalu keras.Media seperti ini dapat dibuat dengan bermacam-macam bahan.

 Komposisi media biasanya terdiri atas bahan-bahan sebagai berikut:
1.       top soil, berupa tanah lapisan atas yang banyak mengandung humus baik dari peruraian bahan organik tanaman maupun hewan,
2.      pasir halus, yakni pasir yang telah diayak terlebih dahulu sehingga tidak lagi mengandung kerikil atau koral,
3.      pupuk kandang, dapat berupa kotoran kambing, ayam, sapi, domba, maupun kotoran burung yang sudah diproses
4.      kompos atau pupuk hijau berasal dari pembusukan daun dan bagian tanaman yang lain, yang terbaik berasal dari tanaman kacang-kacangan atau polong-polongan
5.      kapur pertanian dapat berupa dolomit atau kapur lainnya. Sebagai catatan kapur hanya ditambahkan bila campuran media terlalu asam.
            Pertumbuhan tanaman tidak hanya tergantung pada persediaan unsur hara yang cukup dan seimbang tetapi juga harus ditunjang oleh kondisi fisik tanah yang baik. Sifat fisik tanah berpengaruh langsung terhadap mintakat perakaran, air dan udara tanah, yang kemudian mempengaruhi aspek-aspek biologi dan kimia tanah. Pentingnya sifat fisik tanah dalam menunjang pertumbuhan tanaman sering tidak disadari karena kesuburan tanah dititikberatkan pada segi kesuburan kimianya.
Disamping memberikan dukungan secara fisik pada tanaman, tanah merupakan sumber mineral dan air untuk tanaman. Kondisi tanah dan mineral dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Lingkungan atmosfer harus tersedia pada kedalaman yang cukup dalam tanah sehingga akar tanaman dapat memperoleh oksigen yang dibutuhkan untuk respirasi secara langsung dari udara.





1.2 Klasifikasi Batuan
            Litosfer atau kerak bumi tersusun atas berbagai jenis batuan, baik batuan beku, sedimen maupun
metamorfosa.secara rinci jenis batuan dan karakteristiknya dapat diuraikan sebagai berikut :
A.    Batuan Beku
Batuan beku (igneous rock, ignis = api) adalh batuan yang berasal dari makma  yang membeku. Batuan ini
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1. Batuan Beku Dalam / Batuan Plutonis / Batuan Intrusi Ciri utama dari
batuan beku dalam adalah berstruktur holo kristalin (semua mengkristal0 atau gratis. Semua bahan terdiri dari
Kristal-kristal. Pada waktu terjadi pembekuan, turunnya suhuberjalan sangat lambat, maka terjadilah.
2. pengkristalan yang sempurna. Ukuran kristalnya besar-besar dan kasar.
    Contoh : batuan beku dalam adalah : •Granit, yang terdiri atas kwarsa dan mengandung
                   sejumlah besar feldspar (orthoklas).
    Granit terdiri dari :
bermacam-macam mineral yang berbeda-beda warnanya. Oleh karena itu warna dari granit sulit diketahui.
Warna granit yang banyak dijumpai adalah : merah, kelabu, putih, dan hijau. • Dlorit : termasuk asam (felsik).
3. Batuan asam
            adalah batuan yang kaya akan kwarsa (SiO2). Bataun ini terdiri dari
            plogioklas, homoblenda
            (mineral gelap) dan lebih sedikit mengandung silisum dan kalsium dari pada
            granit. • Gabro : batuan ini termasuk
            basa (mafik). Artinya miskin asam kersil (kwarsa). Mineral pembentuknya
            terutama terdiri dari pyroksin dan homoblenda.




1.3 Macam-Macam Mineral & Batuan
            Batuan adalah semua bahan penyusun kerak bumi dan biasanya berupa agregat mineral-mineral yang telah mengeras, (Kosmono).
Batuan menurut genesanya (asal batuan) dibagi menjadi batuan beku,metamorf/malihan, sedimen, dan piroklastis.
            Batuan beku berasal dari lava atau lahar, batuan piroklastis berasal dari material erupsi eksplosif volkan selain lava atau lahar, batuan sedimen berasal dari materi-materi batuan yang diendapkan pada suatu tempat, batuan metamorf atau malihan berasal dari perubahan batuan beku,
             sedimen maupun piroklastis. Mineral utama selalu terdapat dalam batuan beku terbentuk dari kristalisasi magma, merupakan mineral yang dominan dan menentukan nama batuan, misalnya kuarsa (SiO2), K2O, Na,SiO2. 7 mineral utama pembentuk batuan 1. Kuarsa, 2. Feldspar, 3. Feldspatoid (feldspathoid), 4. Piroksen(pyroxene), 5. Horenblende (hornblende), 6.Biotit, dan 7. Olivin. Ke-7 mineral tsb dijumpai dalam jumlah yang banyak, dan disebut mineral-mineral penting (essen-tial minerals).
            sedangkan mineral lain yang jumlah-nya sedikit, disebut mineral tambahan/pelengkap (accessory minerals), seperti : magnetit, ilmenit, apatit, kalsit, danlain-lain.
Mineral diidentifikasi melalui beberapa cara, yaitu dengan mempelajari sifat fisik, sifat kimia, dan sifat optiknya. Aspek sifat fisik yang dipelajari adalah : sifat optik (pemantulan dan pembiasan, kilap, warna dan goresan, dan luminesensi), kekerasan, belahan dan pecahan, Berat Jenis, sifat magnet, sifat listrik, sifat permukaan, dan radioaktivitas.
1.4 Golongan Tanah
            Tanah terbagi-bagi menjadi bermacam-macam pembagian:
1.      Golongan (order)
2.      Kumpulan (suborder)
3.      Jenis (great grup)
4.      Macam (sub group)
5.      Rupa (family)
6.      Seri (seri)
            Golongan tanah dibagi menjadi beberapa bagian: Entisol berasal dari kata enty (baru) dan soil (tanah) yaitu tanah muda yang masih banyak terdapat regolitnya. Alfisol berasal dari kata Alumunium (Al) Ferum (Fe), tanah yang mengandung alumunium dan besi, perkembanganya
lebih lanjut daripada inceptisol, biasanya terdapat pada tempat yang curah hujanya tinggi. Inceptisol berasal dari kata inceptium (permulaan) dan soil (tanah) adalah tanah yang dapat memiliki epipedon okhrik dan horisonalbik tanah ini masih muda, masih dalam tahap awal perkembangan.
            Ultisol berasal dari kata ultimus (akhir) dan soil(tanah) memiliki kemasaman kurang dari 5,5 sesuai dengan sifat kimia, komponen kimia tanah yang berperan terbesar dalam menentukan sifat dan ciri tanah umumnya pada kesuburan tanah tanah ini merupakan tanah tua yang memiliki warna terang.
            Oxisol berasal dari kata oxid (oksida) dan soil (tanah) merupakan tanah yang lebih tua dari ultisol, - Warna tanahnya merah hingga kuning, sehingga sering disebut
tanah merah. - Tanah latosol yang mempunyai sifat cepat mengeras bila tersing kap atau berada di udara terbuka disebut tanah laterit. - kejenuhan basa kurang dari 50 %, umumnya mempunyai epipedon kambrik dan horison kambik. - mengalami pencucian dan pelapukan lanjut, berbatas horizon baur,











B.   Reaksi kimia dalam tanah.

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh sifat-sifat kesuburan tanahnya yakni kesuburan fisik, kesuburan kimia dan kesuburan biologis. Kalau kesuburan fisik lebih mengutamakan pada kondisi fisik tanah yang banyak kaitannya drengan penyediaan air dan udara tanah, maka kesuburan kimia berperan dalam menentukan dan menjelaskan reaksi-reaksi kimia yang menyangkut dalam masalah-masalah ketersediaan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. Untuk mencapai rnaksud tersebut, maka pembahasan mengenai sifat kimia tanah ini kita batasi pada.hal-hal yang terkait erat dengan masalah-masalah antara lain: Reaksi tanah (pH), koloid tanah, pertukaran kation, dan kejenuhan basa.

1.5 Reaksi Tanah (pH)
Tersedianya unsur hara bagi tanaman, meningkatnya aktifitas mikro organisme dan reaksi-reaksi kimia lainnya di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh reaksi tanah, yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.
Yang dimaksud dengan reaksi tanah adalah: Sifat keasaman dan kebasaan dari tanah, sehingga kita kenal ada tiga reaksi tanah yaitu: asam, netral dan basa. Secara defenisi dapat dikatakan bahwa pH tanah adalah aktifitas konsentrasi ion hidrogen (H) dalam suatu larutan tanah yang dinyatakan dengan rumus:
pH = log 
Misalnya pada tanah yang bereaksi netral maka:
pH = log 
Suatu larutan yang bersifat asam memiliki konsentrasi ion H + lebih besar dari konsentrasi ion sedangkan suatu larutan basa, jika konsentrasi ion H + lebih kecil dari konsentrasi ion , dan jika konsentrasi ion H + sama dengan ion maka sutau larutan disebut netral, atau pH nya = 7.
Nilai pH berkisar antara 0 - 14, sedangkan untuk tanah pertanian pH ini berkisar antara 4 - 9. Tanah-tanah di Indonesia pada umumnya berekasi masam dengan pH 4.0 - 5. sehingga tanah-tanah yang ber pH 6.0 - 6.5 sudah dapat dikatakan cukup netral meskipun masih agak masam. Di daerah rawa-rawa seperti di tanah gambut pH tanahnya lebih rendah lagi yakni sekitar 3.5 - 4.0 dan ada juga yang ber pH lebih kecil dari 3.0 seperti tanah sulfat masam.Reaksi tanah pH yang tinggi ditemukan pada tanah-tanah daerah iklim kering atau pada tanah -tanah bergaram, dapat mencapai pH 8.5 - 9.0.

Sumber Ion H
Pada bagian terdahulu telah dijelaskan bahwa kemasaman tanah itu disebabkan oleh aktifitas ion hidrogen. Untuk itu kita harus mengetahui dari mana sumber ion hidrogen tersebut.

1. Ionisasi asam-asam organis. Pada penguraian bahan organis dihasilkan asam-asam organis
seperti asam karbonat. Asam karbonat dapat melepaskan ion H + dengan cara seperti berikut:
2 ZCO 3 <=============> HC0 - + H +

2. Ion AI yang terjerap : Jika pH tanah masam sekali, maka Al akan sangat larut yang dijumpaidalam bentuk ion Al dan hidroksida Al. Kedua ion Al trsebut lebih mudah terjerap pada koloid liat dari ion H + . Aluminum yang terjerap ini berada dalam kondisi seimbang dengan Al dalam larutan tanah. Oleh twena itu Al berada dalam larutan mudah terhidrolisis, maka Al menapakan ptrnyebab kemasaman atau penyumbang ion H + . Kejadian itu dapat dilukiskan dengan reaksi sebagai berikut:
(Misel) Al + + + ------------> Al 3 +
Ion Al terjerap pada misel Ion Al dalam larutan tanah
Selanjutnya ian Al yang berada di dalam larutan tanah dihidrolisis sebagai berikut:
Al 3 + + H 2 O -----------------> 
Hidrolisis diatas menghasilkan ian H dan mungkin merupakan sumber utama ion H dalam sebagian besar tanah sangat masam.
3. Koloid liat dan koloid Humus: Koloid liat dan humus di dalam tanah merupakan penyumbang ion H dalam larutan tanah pada tanah yang berkemasan sedang. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa ion Ca yang sedikit tidak cukup untuk menetralkan kemasan. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Misel H + + Ca -------------> (Misel) Ca 2 + + 2H + 
+
Sumber ion OH
Jika misalnya komplek adsorpsi (adsorpsi) yang semulanya di tempati oleh ion H dan Al digantikan oleh kation-kation seperti kation Ca, K dan Mg, maka konsentrasi ion H pada komplek adsorpsi tanah akan berkurang, akibatnya konsentrasi ion OH naik. Peristiwa ini dapat dilihat dari reaksi berikut:
+
Misel Ca 2 + + 2 H 2 O <=========> (Misel) H + + 2 Ca 2 + + 2 OH +
Ca 2 + +
+
Dari reaksi diatas ternyata kation-kation basa mempengaruhi konsentrasi ion OH. Hidrolisis dari misel yang dijenuhi oleh basa-basa menghasilkan ion OH.

1.6 Sifat Penyangga Tanah
Reaksi tanah (pH) tidak mudah diturunkan atau dinaikkan secara mendadak, karena di dalam tanah ada sifat penyangga pH. Komponen tanah yang memiliki sifat menyangga ini berdampak gugus asam iemah seperti karbonat dan komplek koloidai tanah yakni koloid Iiat dan koloid humus. Koloid tanah dikelilingi oleh ion-ion H yang terjerap pada permukaan dan di pihak lain ada ion-ion H yang tidak dipengaruhi oleh komplek adsorpsi tanah, yakni ion H yang herada pada larutan tanah. Ion H yang terjerap dan yang berada di dalam larutan tanah berada dalam keseimbangan.
Mekanisme sanggaan dapat dijelaskan berdasarkan sifat dissosiasi ion H dari asam koloidal lemah. Reaksinya sebagai berikut dan Gambar 5.1.
Ion H yang terjerap <==========> Ion H dalam larutan tanah
(Kemasaman saran) (Kemasaman aktif)
Asam iemah ini memiliki tingkat disosiasi yang iemah dan sebagian besar dari ion H masih tetap terjerap pada permukaan koloid. Bila suatu tanah masam ingin dinaikkan pH nya, maka dilakukan pengapuran, dan akibatnya reaksi akan beralih ke kanan dimana ion-ion Ca dari kapur lebih banyak terjerap, tapi ternyata pH tidak banyak berubah. Hal ini terjadi karena ion-ion H masih banyak terjerap pada koloid tanah. Dengan penambahan kapur yang Iebih banyak lagi sampai cukup untuk mebebaskan semua ion H dari kompIek adsorpsi tanah dan digantikan oleh ion Ca, maka akan terjadilah peningkatan pH tanah yang lebih nyata. Ini berarti kemasaman cadangan telah dinetralkan.
Dengan adanya sifat penyangga di dalam tanah, hai ini dapat menjaga penurunan pH yang drastis akibat bertambahnya ion H oleh suatu poroses biologis atau perlakuan pemupukan.Adanya aktifitas jasad jasad hidup di dalam tanah atau perlakuan pemupukan yang bersifat asam akan menyumbangkan banyak ion H, sehingga reaksi beralih ke kiri, namun demikian penurunan pH ini tidak nyata. Hai ini juga disebabkan oleh adanya sifat sanggaan tanah tadi. Dari uraian diatas jelaslah bahwa sifat sanggahan tanah sangat penting artinya dalam menjaga stabilitas reaksi tanah, sehingga gejolak pH yang hebat tidak terjadi yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.

1.7 Pengaruh pH terhadap tanah
Reaksi tanah (pH) memiliki peranan yang penting terhadap ketersediaan unsur-unsur hara, baik hara makro maupun hara mikro. Meningkatnya kelarutan ionion Al, dan Fe dan juga meningkatnya aktifitas jasad-jasad renik tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi pH tanah
pH dan ketersediaan unsur-unsur hara
Reaksi tanah berpengaruh terhadap ketersediaan unsur-unsur hara di dalam tanah. Pada umumnya unsur hara makro akan lebih tersedia pada pH agak masam sampai netral, sedangkan unsur hara mikro kebalikannya yakni lebih tersedia pada pH yang lebih rendah.
Tersedianya unsur hara makro, seperrti nitrogen, fosfor, kalium dan magnesium pada pH 6.5. Unsur hara fofor pada pH lebih besar dari 8.0 tidak tersedia karena diikat oleh ion Ca.Sebaliknya jika pH turun menjadi lebih kecil dari 5.0, maka fisfat kembali menjadi tidak tersedia. Hal ini dapat menjadi karena dalam kondisi pH masam, unsur-unsur seperti Al, Fe, dan Mn menjadi sangat larut. Fosfat yang kembali tersedia akan diikat oleh logam-logam tadi sehingga, tidak larut dan tidak tersedia untuk tanaman. Beberapa tanaman tertentu dapat kekurangan unsur hara mikro seperti Fe dan Mn. Untuk memperoleh ketersediaan hara yang optimal untuk pertumbuhan tanaman dan kegiatan biologis di dalam tanah, maka pH tanah harus dipertahankan pada pH sekitar 6.0 - 7.0.